Minggu, 19 April 2009

D' Pedagogiek !

Istilah paedagogik atau pedagogy (dalam Bahasa Inggrisnya) berasal dari yunani yaitu (paidagōgeō; dari kata paídos yang berati anak-anak dan ágōgos yang berarti memimpin, memandu atau mengajari). Oleh karanenya istilah ini sangat lazim digunakan untuk pendidikan bagi anak-anak.
Bagi orang dewasa istilah pedagogik tentunya tidak relevan, sehingga belakangan ini muncul istilah andragogy. Bagi kita insan-insan SPG istilah pedagogiklah yang paling dikenal, karena, memang, kita dididik untuk mendidik anak-anak.
Postingan ini bukan merupakan artikel atau apa pun yang berbau ilmiah, judul pada postingan ini hanya sekedar untuk mengingatkan kembali insan-insan SPG terhadap kata kramat mereka, Pedagogik! sebuah istilah yang hanya diketahui oleh mereka, tidak oleh sekolah lain. Dan kata itu pulalah yang telah menyihir mereka sehingga, mereka rela bersusah payah tetap mengajar anak-anak (bagi yang mengajar tentunya) meskipun dengan honor yang "teramat sangat sedikit sekali". Mungkin frase "teramat sangat sedikit sekali" terkesan sangat bombastis, namun tidak begitu bagi para pelaku utamanya.
Kelihatannya dunia pendidikan Indonesia sangat berhutang budi pada para pemeras keringat ini. Betapa tidak, tahun 1990 gaji guru honorer lulusan SPG hanya dihargai 5000 rupiah setara dengan 10 kali makan bakso, itu pun yang paling murah. Di kota tentunya honornya lebih tinggi, tapi tidak lebih tinggi dari biaya makan seminggu. Anehnya, mereka para honorer sangat rajin, dari mulai kegiatan di kelas, membantu administrasi, hingga kegiatan ekstra kurikuler mereka mau menanganinya. Gambaran seperti ini, untuk saat ini, terkesan agak dilebih-lebihkan mungkin, tapi kalau kita bicarakan pada tahun-tahun itu. Biasa-biasa saja...
Hutang budi dunia pendidikan Indonesia terhadap para lulusan SPG ini (yang sudah bersusah payah mendidik anak bangsa) tentunya harus disikapi secara benar oleh dunia pendidikan itu sendiri. Mungkin, sekarang kita bisa berkata "terima kasih kepada pemerintah yang sudah mengangkat guru honorer menjadi PNS".
Namun, kalau kita kaji lebih dalam lagi, betapa ruginya mereka. Bayangkan, selama belasan tahun mereka mengajar hanya menerima gaji tidak lebih dari 5% gaji PNS. Bagaimana dengan yang 85%nya? bukankah mereka sudah menghabiskan waktunya untuk kegiatan pendidikan dengan volume kerja sama dengan mereka yang sudah menerima gaji 100%?
Tapi, untungnya logika insan SPG tidak semacam itu, mereka sudah cukup puas dengan pengangkatan mereka sebagai PNS, waktu terbaik mereka yang secara ekonomi dibuang sia-sia itu tidak pernah mereka risaukan, karena sejak mereka melangkahkan kaki memasuki gerbang SPG Negeri Cirebon, mereka sudah punya mimpi. Mimpi seorang paedagoog...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar